Seperti Burung yang Serius Menjalani Hidup[1][2]
(Hal-76) “Semua permainan itu batil,” ujar Rasulullah saw. Tapi
hadits Rasulullah itu tak berhenti sampai kalimat itu. “Kecuali tiga hal:
seseorang yang melatih kudanya, pencengkramaan suami dan istri, dan latihan
memanah dan menombak. Ketiganya itu termasuk al haq.” (HR. Abu Dawud dalam
Bab Jihad, bab Latihan Memanah).
Meski sepintas saja, hadits
ini menyimpan banyak hal yang unik. Bagaimana Rasulullah saw, menggambarkan
sesuatu yang bersifat permainan, tetapi bisa membawa manfaat dalam tiga
aktivitas yang begitu detail. Hadits senada, ada pula yang berbunyi, “Segala
sesuatu kecuali dzikrullah adalah
kesia-sian dan permainan. Kecuali empat hal: sendagurau
suami dan istri, latihan berkuda, seorang yang berkompetisi dengan musuhnya,(Hal-77) dan mengajarkan cara berenang.” (HR.
An Nasaidalam bab Usyratu An Nisa, Shahih Al Jami’, no.4534)
Saudaraku,
Coba kita kupas lebih dalam
hadits ini. Di sini, Rasulullah mengkhususkan arti permainan, pada sesuatu yang
bisa mendatangkan manfaat. Jika kita dalami,
kita akan mendapati semua hal yang disebutkan itu sangat terkait dengan
kondisi manusia secara lengkap. Terkait dengan kesinambungan keturunan, terkait
dengan kesehatan dan kekuatannya, terkait dengan kehormatan dan kemuliaannya.
Artinya, semua itu bisa membawa manusia lebih mendekat pada kemuliaan dan
kelengkapan hidupnya.
Saudaraku,
Para ulama menafsirkan
hadits ini dengan menyebutkan bahwa yang dimaksud senda gurau antara suami
istri, adalah keadaan yang lazim dilakukan keduanya sebelum melakukan hubungan
yang bisa menjadi awal lahirnya keturunan bagi keduanya. Sedangkan kompetisi
dengan musuh terkait situasi kondusif dalam menunjukkan siapa yang lebih
piawai, lebih baik, lebih kuat, lebih menguasai di hadapan musuh. Kemudian
mengajarkan berenang , tentu terkait dengan aspek kesehatan dan kekuatan
seseorang. Lalu, melemparkan tombak dan berlatih memanah, dan juga melatih
kuda, adalah persiapan yang harus dilakukan untuk mengantisipasi serangan
musuh. Ini bisa ditafsirkan dalam bentuk persiapan apapun, yang bisa menjadi
benteng pertahanan umat Islam bila mendapatkan serangan, dan itu menjadi syarat
kehormatan di hadapan musuh yang menyerang.
Sempurna sekali hadits
ini....
Saudaraku,
Mari kita lanjutkan dengan
dengan melihat pilihan kata Rasulullah saw dalam hadits ini. Rasul menyebutkan,
semua permainan itu adalah batil. Sebenarnya, arti adalah, tak ada kebaikan di
dalamnya dan tak ada manfaat apapun. Batil, memiliki arti lebih umum dari
haram. Batil, bisa mencakup haram, dan tidak haram tapi tidak bermanfaat.
Singkatnya, mungkin kata “batil” bisa diartikan semua yang bisa mendatangkan
bahaya. Bagaimana mungkin sesuatu yang bahaya tapi tidak haram?
Benar. Itu bisa dilihat
dari dua hal. Pertama, mubah yang dilakukan berlebihan, itu bisa menjadi batil.
Misalnya, air dan makanan, keduanya mubah. Tapi bila berlebihan digunakan,
melewati keperluan, bisa membawa bahaya. Bisa mematikan. Kedua, makruh atau
dibenci dilakukan. Contohnya, ikut (Hal-78)hadir
ke tempat orang yang ramai bercanda dan banyak humor. Bila dilakukan
berlebihan, itu bisa membuat hati seseorang manjadi kasat dan mati.
Intinya, baik haram dan
tidak haram, setiap kita sebagai Muslim harus memperhatikan apakah segala
sesuatu yang dilakukan itu bisa membawa bahaya bagi tubuh, bagi ruh atau jiwa,
bagi akal, bagi harta, bagi kehormatan, bagi keluarga dan lainnya. Ya, meskipun
tidak sampai haram. Itulah subtansi yang dimaksud dalam hadits Rasulullah saw
tadi. Begitu dalam Rasulullah saw memberikan batasan dalam hidup ini. Bahwa
kehidupan ini, memang selalu berdiri diatas prinsip yang sama, siapapun yanb
berbuat maka ia akan menuai akibatnya. Dan siapapun yang lalai, ia akan rugi.
Saudaraku,
Perhatikanlah hewan yang
ada di sekitar kita. Burung-burung yang terbang di pohon-pohon dan hinggap di
ranting pohon atau di tempat tertentu itu, mereka sangat mengerti apa arti
keseriusan, usaha dan kerja. Mereka melewati hidupnya dengan begitu serius,
baik untuk mempersiapkan kerja, atau dalam proses kerja yang bisa mendatangkan
manfaat bagi mereka. Permainan, dalam hidup mereka adalah saat mereka bekerja
mencari makan. Bahkan itu menjadi bagian yang bisa menopang hidup mereka.
Seperti itulah ketetapan Allah swt kepada mereka.
Saudaraku,
Hewan-hewan itu tidak
diberi taklif (tugas) oleh Allah swt. Sedangkan kita, manusia, diberi taklif
oleh Allah swt. Mereka hewan-hewan
itu, menanam dan menuai hasilnya di dunia. Sedangkan kita, menanam dan menuai
hasilnya di dunia dan tentu akhirat. Hikmahnya, kita dan mereka harus sama-sama
bahkan lebih serius dan sungguh-sungguh menjalani hidup ini. Bukan untuk
sekedar permainan, yang tak membawa manfaat tapi bisa membawa bahaya.
Kini, kita begitu banyak
diantara kita yang tenggelam dan terseret-seret dalam permainan yang tidak membawa
manfaat dan membahayakan. Tenggelam dalam game elektronik, pesta nyanyi, mode
dan sebagainya. Padahal dalam protokolat Zionist disebutkan bahwa salah satu
misi mereka yang tercantum dalam point 13, adalah menenggelamkan manusia dalam
permainan. “Agar menjauhkan kalangan non Yahudi mengetahui apa langkah baru
kita, kita akan hanyutkan mereka dalam ragam permainan yang melalaikan.”
Saudaraku,
Orang-orang yang mengerti
tentang keseriusan dalam hidup ini, akan mengatakan,”Kewajiban lebih banyak
dari waktu yang ada.” Bagi mereka yang mengerti apa peran mereka dalam hidup,
mengetahui apa yang harus dilakukan dan yang harus diterima akibatnya dari
hidup. Mereka akan menimbang-nimbang. Lalu mendapati bahwa apa yang harus
mereka lakukan lebih banyak dari rentang waktu yang mereka miliki. Selanjutnya,
mereka tenggelam di lautan amal, bekerja, keseriusan, jauh dari permainan yang
tidak membawa manfaat apalagi yang membahayakan.
Dalam surat Ath Thariq,
Allah swt yang artinya,
“Sesungguhnya Al-Qur’an itu
benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil, dan
sekali-kali bukanlah dia senda gurau. (QS. Ath Thariq:13-14)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar