Senin, 31 Agustus 2020

Seperti Burung yang Serius Menjalani Hidup

Seperti Burung yang Serius Menjalani Hidup[1][2]

(Hal-76) “Semua permainan itu batil,” ujar Rasulullah saw. Tapi hadits Rasulullah itu tak berhenti sampai kalimat itu. “Kecuali tiga hal: seseorang yang melatih kudanya, pencengkramaan suami dan istri, dan latihan memanah dan menombak. Ketiganya itu termasuk al haq.” (HR. Abu Dawud dalam Bab Jihad, bab Latihan Memanah).



Meski sepintas saja, hadits ini menyimpan banyak hal yang unik. Bagaimana Rasulullah saw, menggambarkan sesuatu yang bersifat permainan, tetapi bisa membawa manfaat dalam tiga aktivitas yang begitu detail. Hadits senada, ada pula yang berbunyi, “Segala sesuatu kecuali dzikrullah  adalah kesia-sian dan permainan. Kecuali empat hal: sendagurau suami dan istri, latihan berkuda, seorang yang berkompetisi dengan musuhnya,(Hal-77) dan mengajarkan cara berenang.” (HR. An Nasaidalam bab Usyratu An Nisa, Shahih Al Jami’, no.4534)

Saudaraku,

Coba kita kupas lebih dalam hadits ini. Di sini, Rasulullah mengkhususkan arti permainan, pada sesuatu yang bisa mendatangkan manfaat. Jika kita dalami,  kita akan mendapati semua hal yang disebutkan itu sangat terkait dengan kondisi manusia secara lengkap. Terkait dengan kesinambungan keturunan, terkait dengan kesehatan dan kekuatannya, terkait dengan kehormatan dan kemuliaannya. Artinya, semua itu bisa membawa manusia lebih mendekat pada kemuliaan dan kelengkapan hidupnya.

Saudaraku,

Para ulama menafsirkan hadits ini dengan menyebutkan bahwa yang dimaksud senda gurau antara suami istri, adalah keadaan yang lazim dilakukan keduanya sebelum melakukan hubungan yang bisa menjadi awal lahirnya keturunan bagi keduanya. Sedangkan kompetisi dengan musuh terkait situasi kondusif dalam menunjukkan siapa yang lebih piawai, lebih baik, lebih kuat, lebih menguasai di hadapan musuh. Kemudian mengajarkan berenang , tentu terkait dengan aspek kesehatan dan kekuatan seseorang. Lalu, melemparkan tombak dan berlatih memanah, dan juga melatih kuda, adalah persiapan yang harus dilakukan untuk mengantisipasi serangan musuh. Ini bisa ditafsirkan dalam bentuk persiapan apapun, yang bisa menjadi benteng pertahanan umat Islam bila mendapatkan serangan, dan itu menjadi syarat kehormatan di hadapan musuh yang menyerang.

Sempurna sekali hadits ini....

Saudaraku,

Mari kita lanjutkan dengan dengan melihat pilihan kata Rasulullah saw dalam hadits ini. Rasul menyebutkan, semua permainan itu adalah batil. Sebenarnya, arti adalah, tak ada kebaikan di dalamnya dan tak ada manfaat apapun. Batil, memiliki arti lebih umum dari haram. Batil, bisa mencakup haram, dan tidak haram tapi tidak bermanfaat. Singkatnya, mungkin kata “batil” bisa diartikan semua yang bisa mendatangkan bahaya. Bagaimana mungkin sesuatu yang bahaya tapi tidak haram?

Benar. Itu bisa dilihat dari dua hal. Pertama, mubah yang dilakukan berlebihan, itu bisa menjadi batil. Misalnya, air dan makanan, keduanya mubah. Tapi bila berlebihan digunakan, melewati keperluan, bisa membawa bahaya. Bisa mematikan. Kedua, makruh atau dibenci dilakukan. Contohnya, ikut (Hal-78)hadir ke tempat orang yang ramai bercanda dan banyak humor. Bila dilakukan berlebihan, itu bisa membuat hati seseorang manjadi kasat dan mati.

Intinya, baik haram dan tidak haram, setiap kita sebagai Muslim harus memperhatikan apakah segala sesuatu yang dilakukan itu bisa membawa bahaya bagi tubuh, bagi ruh atau jiwa, bagi akal, bagi harta, bagi kehormatan, bagi keluarga dan lainnya. Ya, meskipun tidak sampai haram. Itulah subtansi yang dimaksud dalam hadits Rasulullah saw tadi. Begitu dalam Rasulullah saw memberikan batasan dalam hidup ini. Bahwa kehidupan ini, memang selalu berdiri diatas prinsip yang sama, siapapun yanb berbuat maka ia akan menuai akibatnya. Dan siapapun yang lalai, ia akan rugi.

Saudaraku,

Perhatikanlah hewan yang ada di sekitar kita. Burung-burung yang terbang di pohon-pohon dan hinggap di ranting pohon atau di tempat tertentu itu, mereka sangat mengerti apa arti keseriusan, usaha dan kerja. Mereka melewati hidupnya dengan begitu serius, baik untuk mempersiapkan kerja, atau dalam proses kerja yang bisa mendatangkan manfaat bagi mereka. Permainan, dalam hidup mereka adalah saat mereka bekerja mencari makan. Bahkan itu menjadi bagian yang bisa menopang hidup mereka. Seperti itulah ketetapan Allah swt kepada mereka.

Saudaraku,

Hewan-hewan itu tidak diberi taklif (tugas) oleh Allah swt. Sedangkan kita, manusia, diberi taklif  oleh Allah swt. Mereka hewan-hewan itu, menanam dan menuai hasilnya di dunia. Sedangkan kita, menanam dan menuai hasilnya di dunia dan tentu akhirat. Hikmahnya, kita dan mereka harus sama-sama bahkan lebih serius dan sungguh-sungguh menjalani hidup ini. Bukan untuk sekedar permainan, yang tak membawa manfaat tapi bisa membawa bahaya.

Kini, kita begitu banyak diantara kita yang tenggelam dan terseret-seret dalam permainan yang tidak membawa manfaat dan membahayakan. Tenggelam dalam game elektronik, pesta nyanyi, mode dan sebagainya. Padahal dalam protokolat Zionist disebutkan bahwa salah satu misi mereka yang tercantum dalam point 13, adalah menenggelamkan manusia dalam permainan. “Agar menjauhkan kalangan non Yahudi mengetahui apa langkah baru kita, kita akan hanyutkan mereka dalam ragam permainan yang melalaikan.”

Saudaraku,

Orang-orang yang mengerti tentang keseriusan dalam hidup ini, akan mengatakan,”Kewajiban lebih banyak dari waktu yang ada.” Bagi mereka yang mengerti apa peran mereka dalam hidup, mengetahui apa yang harus dilakukan dan yang harus diterima akibatnya dari hidup. Mereka akan menimbang-nimbang. Lalu mendapati bahwa apa yang harus mereka lakukan lebih banyak dari rentang waktu yang mereka miliki. Selanjutnya, mereka tenggelam di lautan amal, bekerja, keseriusan, jauh dari permainan yang tidak membawa manfaat apalagi yang membahayakan.

Dalam surat Ath Thariq, Allah swt yang artinya,

“Sesungguhnya Al-Qur’an itu benar-benar firman yang memisahkan antara yang hak dan yang bathil, dan sekali-kali bukanlah dia senda gurau. (QS. Ath Thariq:13-14)

 



[1]M. Lili Nur Aulia

[2]Majalah Tarbawi Edisi 235 Th.12, Ramadhan-Syawal 1431H, 23 September 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar